Sedan Islamy

Awit rumiyin ngantos sak meniko sering kito tingali bilih mayoritas tiyang langkung condong dateng setunggal niki ”jabatan “. Katah sanget ingkang sami berlomba lomba kangge ngasilake, lan malahan wonten ingkang relo ngorbanaken nopo mawon, arto ratusan yuto hinggo milyaran rupiah, kepercadosan , keluarga , perasaan , utawi malahan iman. Ing mongko jabatan puniko menawi mboten dicepeng utawi ditangani kaleh tiyang ingkang tepat , biso-biso malah dadi bom waktu kanggo awake dewe lan kapan wae   biso meledak ngejur awake serto wong-wong seng keparek.

Saya menggambarkan jabatan di sini tidak jauh berbeda dengan kekuasaan yang  memiliki pengaruh besar dalam elemen masyarakat . Jadi , saya menilai sudah sewajarnya hal ini menjadi ajang rebutan . Hanya saja kalau di telaah lebih lanjut , kenyataan ini sangat bertolak belakang pada masa kepemimpinan jaman dulu . Ketika Umar di tunjuk sebagai khalifah , beliau berusaha keras menolaknya . Ketika rakyat memaksanya , Ia hanya bisa menerimanya dengan ikhlas dan ridlo , tetapi Umar menganggap hal itu adalah musibah besar bagi dirinya . Bagimana tidak musibah besar ?, bilamana nanti pada masa kepemimpinanya tak mampu melayani , mengayomi , dan melindungi rakyatnya , maka Umar bersiap siap menerima tuntutan jutaan rakyatnya di dunia dan di hadapan pengadilan Allah pada hari kiamat kelak . Ia juga menyadari betul sabda Nabi SAW

” Sesungguhnya kekuasaan itu amanah . Pada hari kiamat nanti ia akan berubah menjadi kehinaan dan penyesalan , kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan haq dan menunaikan apa yang di amanahkan di dalamnya" ( HR . Muslim )

** di kutip dari Halaqoh Online **